Mengembangkan Potensi Murid dalam Berbahasa
Melalui Pengajaran Bahasa Indonesia yang Menarik
Oleh: Endah Wulandari (Guru SD YPPSB 1 Sengata Kutai Timur)
Jika murid-murid di sekolah dasar diminta untuk menulis atau bercerita secara singkat minimal tiga paragraf secara lisan ataupun tulisan, dapat dipastikan banyak yang merasa kesulitan bahkan membutuhkan waktu lebih dari 15 menit untuk menyusun atau menulis kalimat dengan baik. Tetapi lain halnya jika diminta untuk membaca sebuah cerita atau puisi maka dapat dipastikan akan lebih mudah mendapatkan murid yang bersedia untuk melakukannya. Mengarang atau menulis memang bukanlah kebiasaan sebagian besar murid di sekolah dasar sehingga dapat dimaklumi jika murid-murid merasa kesulitan untuk mengarang walau dalam bahasa sederhana.
Kemampuan berbahasa murid sekolah dasar pada saat ini masih terbatas pada kemampuan membaca dan menulis sesuai dengan ejaan saja. Padahal keterampilan membaca dan menulis di sekolah dasar merupakan landasan yang harus dikembangkan menjadi kemampuan berkomunikasi baik itu secara lisan maupun tulisan. Membaca tidak hanya sekedar dapat membedakan huruf b dari huruf d dan menulis tidak hanya dapat sekedar merangkai huruf. Membaca mencakup kemampuan yang semakin lama semakin tinggi untuk memahami dan menghargai berbagai macam karangan dan menulis meliputi kemampuan untuk menuangkan pikiran dan perasaan secara tertulis.
Bahasa Indonesia merupakan bahasa utama dalam keterampilan berbahasa, baik di dalam maupun di luar sekolah. Oleh karena itu keterampilan berbahasa para murid harus diupayakan sebaik-baiknya. Tetapi pada kenyataannya pembelajaran bahasa Indonesia hanya dipandang sebagai mata pelajaran yang menjadi syarat kelulusan saja dan bukan menjadi kebutuhan mendasar bagi murid-murid sekolah dasar untuk mengembangkan keterampilan berkomunikasi dengan baik. Mengapa hal demikian dapat terjadi? Banyak faktor yang mempengaruhi, diantaranya adalah:
1. Pelajaran hafalan
Sebagian besar materi yang disampaikan berupa teori-teori tentang kebahasaan yang cenderung berupa materi pelajaran hafalan sehingga tidak meningkatkan keterampilan berbahasa murid. Memang murid perlu mengetahui mengenai fonem, morfem dan sebagainya, akan tetapi ini bukan sebagai tujuan utama pembelajaran bahasa. Yang penting ialah pemahaman tentang fonem dan morfem itu serta penerapannya dalam pemakaian bahasa sehingga murid dapat menggunakan bahasa dengan bentuk yang tepat dan dapat menghindari kesalahan.
2. Pelajaran bahasa gramatikasentris
Penyajian materi dengan berbagai istilah untuk murid sekolah dasar sangat tidak efektif. Misalnya dalam dua jam pelajaran seorang murid dijejali dengan istilah tata bahasa seperti kalimat aktif, kalimat pasif, kata kerja, dan lain sebagainya. Lebih baik memberikan banyak latihan untuk melihat apakah murid sudah memahami dan menguasai materi yang diajarkan. Pembelajaran bahasa secara gramatikasentris sangat membosankan, kering, dan tidak menjadikan murid terampil berbahasa. Itu sebabnya banyak murid-murid sekolah dasar sekarang belum sanggup untuk menggunakan bahasa yang baik dan benar dalam kehidupannya sehari-hari. Contohnya, menulis surat kepada teman atau mengarang cerita pendek mengenai peristiwa yang terjadi diseputar kehidupan mereka. Mengapa? Sebab, mereka belum terlatih kearah itu.
3. Target ujian akhir
Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang diikutsertakan dalam ujian nasional. Ini merupakan salah satu beban bagi guru untuk mengejar target agar semua murid lulus ujian. Padahal dalam ujian semacam ini banyak soal yang bersifat hafalan dan teoritis. Bentuk soal yang bersifat menguji ingatan dan teoritis ini kurang bermanfaat bagi murid-murid itu kelak. Bagi murid-murid yang diperlukan adalah penguasaan bahasa serta keterampilan berbahasa baik secara lisan dan tulisan.
4. Kurikulum
Kurikulum yang selalu berubah merupakan tantangan bagi guru untuk selalu siap menerjemahkan isi kurikulum tersebut. Dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran (KTSP), diharapkan soal-soal ujian dibuat tidak hanya sebagai alat untuk mengevaluasi hasil belajar murid, tetapi dibuat dengan mempertimbangkan tujuan utama pengajaran bahasa Indonesia, yaitu keterampilan berbahasa. Dengan demikian, meskipun soal-soal ujian bersifat pilihan ganda penguasaan murid atas struktur bahasa dapat ditingkatkan sehingga menunjang keterampilan berbahasa murid karena mereka menguasai benar mana kalimat yang baik, kalimat yang benar, dan mana yang tidak.
Melihat berbagai faktor di atas maka diperlukan perubahan dalam metode pembelajaran bahasa Indonesia di kelas untuk menarik perhatian dan minat murid. Belajar bahasa akan lebih mudah bila murid tidak merasa sedang belajar bahasa itu sendiri. Salah satu caranya adalah melalui kegiatan mengarang. Dengan mengarang, murid ditantang untuk dapat menceritakan dan menjelaskan, bahkan memeriksa kebenaran ceritanya sendiri. Dalam hal ini apabila digabung dengan “seni mendengar aktif” maka mengarang adalah metode efektif untuk membangun keterampilan berbahasa murid. Untuk mengembangkan kemampuan mengarang murid ada beberapa langkah sederhana yang dapat diterapkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia, yaitu:
1. Menarik minat baca murid
Kebiasaan membaca sejak dini sangat mempengaruhi kemampuan seorang murid dalam membuat karangan. Oleh karena itu guru dapat mulai mengajak murid untuk membaca satu cerita pendek setiap minggunya. Jika ini diterapkan mulai dari kelas 1 sampai kelas 6 secara berkelanjutan, dapat dibayangkan betapa banyak bahan cerita yang mereka peroleh. Kebiasaan ini merupakan cara memperkaya kosa kata dan imajinasi.
Ibaratnya seperti memasak, mempersiapkan bahan terlebih dahulu adalah langkah pertama sebelum memasak. Jika murid sudah memiliki kosa kata yang cukup maka guru tinggal mengarahkan murid menulis dengan bahasa yang baik dan benar. Hal ini diterapkan oleh Xu Xiaogong, mantan kepala sekolah kota Taipei yang melihat tingkatan mengarang para murid yang semakin menurun, maka ia mengusulkan agar murid dipupuk kebiasaan membaca buku cerita dan ini dapat dimulai dari buku yang mereka gemari.
2. Membiasakan murid mendengar guru bercerita
Seorang guru tidak harus memiliki kemampuan khusus untuk menyajikan sebuah cerita dengan menarik, tetapi cukup dengan intonasi suara yang jelas dan pandai berekspresi maka murid pun akan tergiring untuk mendengarkan. Kebiasaan mendengarkan cerita dapat membangun keterampilan mendengar murid, memperkaya keterampilan berbahasa sesuai dengan keadaan yang diperlukan. Karena bahasa itu ada usianya, ada bahasa orang tua, bahasa anak, bahasa remaja, dan bahasa gaul. Lewat cerita murid menjadi “sadar bahasa”, ia mengerti tata bahasa, tata krama bahasa, dan tata laksana bahasa. Mendengar cerita terutama untuk murid di bawah kelas 3, sangat perlu untuk mengembangkan daya imajinasinya, sedangkan untuk tingkatan kelas diatasnya, dapat menjadi dasar bagi pengembangan kreativitas berbahasa murid secara sadar dan bertanggung jawab.
3. Berlatih membuat cerita secara rutin
Mengarang akan mengembangkan kemampuan menulis murid. Dengan mengarang, murid belajar menuliskan bagan cerita, menuliskan urutan cerita, kemudian mengevaluasi cerita untuk disempurnakan, sehingga murid dapat menerbitkannya dalam bentuk “buku”. Kerberhasilan membuat cerita akan memunculkan rasa percaya diri dan kebanggaan pada murid, dengan demikian mereka semakin menemukan alasan mengapa harus terus meningkatkan keterampilan berbahasa mereka.
Langkah ini dapat digabungkan dengan langkah pertama di atas. Setelah membaca sebuah cerita atau buku, murid diminta untuk menceritakan kembali dengan bahasanya sendiri. Metode ini menantang murid untuk dapat menceritakan, menjelaskan bahkan memeriksa kebenaran ceritanya sendiri. Dalam hal ini apabila digabung dengan “seni mendengar aktif” (langkah kedua) maka menulis adalah metode efektif untuk membangun keterampilan berbahasa murid. Jika rutin dilakukan maka dengan sendiri seorang murid akan terbiasa untuk mencurahkan pikiran, perasaan atau ide kreatif sebagai bentuk komunikasi mereka dengan orang lain melalui tulisan.
Ketiga langkah di atas merupakan sebagian kecil saja metode untuk membantu pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah. Masih banyak cara lain yang dapat digali dan dikembangkan oleh seorang guru untuk terus mengasah kemampuan berbahasa para muridnya. Kesadaran seorang guru untuk tidak perlu merasa rendah diri dalam mengajar dan membimbing muridnya dalam mengarang cerita walaupun bukan seorang sastrawan adalah hal yang mutlak diperlukan. Di depan kelas yang diperlukan adalah kualitas sebagai guru bukan sastrawan. Kualitas seorang guru menumbuhkan sikap yang selalu memberi dorongan kepada murid. Apalagi jika seorang guru dapat memunculkan kesadaran bahwa mengarang itu sama gampangnya seperti menyanyi atau berolahraga. Murid tidak akan berprasangka terhadap pelajaran bahasa Indonesia sebagai pelajaran yang pelik atau susah.
Tujuan utama pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah adalah memberikan kepada murid keterampilan berbahasa yang meliputi keterampilan berbahasa lisan, keterampilan menulis, keterampilan meyimak dan keterampilan membaca. Pembelajaran mengarang dapat menjadi satu langkah awal untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam mengarang, murid bermain-main dengan bahasa sehingga lebih akrab, lebih mengenal seluk beluknya, lebih menyukainya, dan lebih mudah mempelajarinya. Dengan demikian, akan sangat membantu pembelajaran bahasa Indonesia. Dan apabila mengarang sudah menjadi kebiasaan di sekolah, minat membaca bisa diharapkan meningkat karena siapa pun yang biasa menulis membutuhkan bacaan untuk keragaman kosa katanya. Mengarang secara tidak langsung juga dapat meningkatkan keterampilan menyimak dan berbicara.
Membiasakan murid menulis, tanpa bermaksud menjadikan mereka seorang pengarang atau sastrawan merupakan tujuan utama mengarang. Lebih sering murid-murid dibiasakan menulis puisi, cerita, atau bentuk karangan lain, lebih besar kemungkinan mereka kelak tumbuh menjadi warga masyarakat yang tidak kikuk menyatakan pikiran dan gagasan dalam bahasa lisan atau tulisan. Mari bersama menjadikan pembelajaran bahasa Indonesia menjadi menarik dan menyenangkan bagi murid sekolah.
Catatan : Bagi yang ingin mengambil sebagian atau seluruh karya tulis ini harap meminta ijin penulis dan mencantumkan nama penulis dalam karya tulis yang dibuat. Terima Kasih