Setelah melewatkan setengah perjalanan menuju Samarinda, sampailah kami di sebuah rumah makan yang sangat terkenal yaitu rumah makan Kenari. Letaknya sangat strategis, ditengah-tengah perkebunan karet dan kebun buah-buahan membuat suasana rumah makan ini sangat nyaman. Tempat makannya berupa gazebo yang tersebar di beberapa lokasi, fasilitas kamar mandi yang bersih, musholla dan ayunan untuk anak-anak bermain membuat rumah makan ini menjadi favorit bagi para traveller. Dulunya, rumah makan ini terkenal dengan menu makanannya yaitu burung punai goreng tetapi karena sekarang burung punai sudah cukup sulit diperoleh maka menu pun diganti dengan burung dara goreng. Tetapi yang saya cari di sana adalah jagung rebus. Jagung rebusnya ini yang membuat saya ketagihan, rasanya manis karena jagungnya baru dipetik. Makannya bersama dengan garam pedas.....hm....membayangkannya saja, sudah membuat air liur saya keluar.
Istirahat di perjalanan beberapa kali ternyata tidak membuat anak-anak saya menjadi lebih kuat dalam menghadapi medan yang cukup berliku. Sebenarnya kondisi jalan sangat baik tetapi jalanan di Kalimantan Timur memang cukup berliku, banyak tanjakan dan turunan. Hal ini yang memang jarang dihadapi oleh kedua jagoan saya sehingga mereka yang biasa sangat perkasa dengan keaktifan dan kecerewetannya menjadi berubah menjadi pendiam dan loyo.....:). Akhirnya, mereka berdua mengeluarkan semua makanan mereka di dalam mobil. Kami pun kelabakan menenangkan keduanya, saya yang sudah belajar dari pengalaman menjadi lebih sabar menghadapi mereka. Alhamdulillah, anak-anak bisa tabah menghadapi kemabukan mereka...:).
Setiba di Samarinda, saya langsung mencari gedung IQRO MAN yang terletak di jalan Harmonika. Beruntung, salah satu penumpang kami adalah penduduk Samarinda, Jimmy yang merupakan teman dekat karena kami cukup sering bertemu di komunitas KAGAMA Sangatta. Melihat acara belum dimulai saya, Desi dan Fajar yang juga merupakan anggota FLP Sangatta menyempatkan diri untuk sholat Dzuhur sekaligus Asar. Air wudhu yang menyejukkan membuat rasa lelah hilang sehingga timbul semangat baru untuk aktifitas selanjutnya yakni mengikuti seminar menulis.
Seminar diisi oleh Intan Savitri atau lebih dikenal dengan nama Izzatul Jannah ini sangat menarik. Pembawaan beliau yang juga seorang psikolog dalam memberikan metode untuk memulai menulis sangat sederhana tetapi sudah terbukti berhasil. Misalnya memulai dengan menulis diari mengenai peristiwa yang kita alami. Hampir semua penulis terkenal memulai dengan cara ini. Selanjutnya dengan metode wawancara, kita bisa menggali berbagai macam peristiwa dari pengalaman pribadi seseorang mulai dari kisah sedih sampai kisah bahagia. Mulai dari kisah cinta sampai kisah perjuangan. Dan masih banyak lagi metode yang bisa kita pakai untuk memulai menulis tinggal kemauan kita saja dalam memulainya.
Tanpa terasa waktu sudah beranjak sore, saya memutuskan untuk naik angkot saja karena lokasi hotel tidak terlalu jauh dengan tempat seminar apalagi saya sudah membayangkan capeknya suami setelah mengendarai mobil ditambah lagi dengan mengasuh dua jagoan saya yang aktif. Daripada mas Robbie harus capek-capek menjemput lebih baik saya menikmati suasana Samarinda dengan angkot. Malamnya, saya mengikuti acara pelantikan menjadi anggota FLP Sangatta, yang istimewa pada pelantikan kali ini adalah kami dilantik oleh Ketua FLP Indonesia yang dipegang oleh Intan Savitri.....keren khan! Tidak semua orang bisa mendapatkan keistimewaan ini. Kenangan yang manis bagi saya dan anak FLP lain.
Seminar diisi oleh Intan Savitri atau lebih dikenal dengan nama Izzatul Jannah ini sangat menarik. Pembawaan beliau yang juga seorang psikolog dalam memberikan metode untuk memulai menulis sangat sederhana tetapi sudah terbukti berhasil. Misalnya memulai dengan menulis diari mengenai peristiwa yang kita alami. Hampir semua penulis terkenal memulai dengan cara ini. Selanjutnya dengan metode wawancara, kita bisa menggali berbagai macam peristiwa dari pengalaman pribadi seseorang mulai dari kisah sedih sampai kisah bahagia. Mulai dari kisah cinta sampai kisah perjuangan. Dan masih banyak lagi metode yang bisa kita pakai untuk memulai menulis tinggal kemauan kita saja dalam memulainya.
Tanpa terasa waktu sudah beranjak sore, saya memutuskan untuk naik angkot saja karena lokasi hotel tidak terlalu jauh dengan tempat seminar apalagi saya sudah membayangkan capeknya suami setelah mengendarai mobil ditambah lagi dengan mengasuh dua jagoan saya yang aktif. Daripada mas Robbie harus capek-capek menjemput lebih baik saya menikmati suasana Samarinda dengan angkot. Malamnya, saya mengikuti acara pelantikan menjadi anggota FLP Sangatta, yang istimewa pada pelantikan kali ini adalah kami dilantik oleh Ketua FLP Indonesia yang dipegang oleh Intan Savitri.....keren khan! Tidak semua orang bisa mendapatkan keistimewaan ini. Kenangan yang manis bagi saya dan anak FLP lain.
Hari minggunya saya bersama anak-anak menghabiskan waktu dengan berenang di kolam yang ada di hotel. Cuaca yang cerah dan tempatnya yang asyik membuat anak-anak enggan beranjak. Dan menjelang siang sudah waktunya saya dan keluarga untuk meninggalkan kota Samarinda. Kelelahan yang ada tidak sebanding dengan pengalaman yang sudah kami alami selama 2 hari ini. Hm...kapan lagi ya bisa jalan-jalan?