Waktu liburan ke Jogja akhir Desember lalu, saya mengajak anak-anak menonton film di Cineplex 21. Sebenarnya saya ingin anak-anak merasakan sensasi yang berbeda saat menonton film dengan menggunakan layar besar dengan audio visual yang bagus. Untung saja kami menemukan film yang cocok untuk anak-anak yaitu Bee Movie.
Menceritakan tentang lebah yang beranjak dewasa, baru lulus sekolah dan siap dilepaskan ke dunia kerja (seperti kita yang baru lulus kuliah saja..he3x). Dan sepertinya layaknya seorang manusia, Barry Benson si lebah merasa bahwa dia harus mencari pekerjaan yang membuatnya terlihat hebat. Jadi saat dia ditawari untuk menjadi lebah pengaduk, otomatis langsung ditolaknya. Dan saat dia melihat pasukan lebah pencari nectar yang gagah dan digandrungi para lebah cewek, Barry pun tertarik untuk menjadi salah satu anggota pasukan ini tetapi sebelum mendaftar menjadi pasukan ini, Barry terlanjur menyombongkan diri dihadapan para lebah cewek dan ini membuat pasukan lebah menantangnya untuk membuktikan kehebatannya. Dalam pencariannya mencari nectar, Barry tersesat ke dunia manusia dan berkenalan dengan seorang florist bernama Vanessa, entah bagaimana caranya Barry dapat berkomunikasi dengan Vanessa layaknya seorang manusia.
Mulailah Barry mengalami berbagai kejadian yang lucu dan menyenangkan sampai akhirnya dia tahu bahwa manusia mengkonsumsi madu untuk berbagai kebutuhan. Tentu saja hal ini membuat Barry merasa sangat marah karena merasa setetes madu ini dihasilkan melalui kerja yang sangat keras dari satu koloni lebah. Dan Barry didukung oleh Vanessa berjuang melalui pengadilan untuk mengangkat kasus ini.
Bagaimana kisah selanjutnya? Menangkah Barry dan Vanessa melawan perusahaan-perusahaan madu? Apa yang terjadi jika lebah-lebah tidak menghasilkan madu lagi? Saksikanlah film ini dijamin anda dan anak anda menjadi terhibur, apalagi didukung dengan animasi yang sangat menarik sehingga kita merasa terhibur dari awal sampai akhir film ini. Dan tentu saja banyak pelajaran menarik yang bisa kita sampaikan kepada buah hati kita. Selamat menyaksikan….!!
January 9, 2008
January 8, 2008
Amazing Vacation
Lebaran tahun ini (2007) saya dan keluarga berkunjung ke kota tempat kelahiran saya di Manna Bengkulu. Program lebaran kami memang berotasi, jika tahun ini di Jogja kemudian tahun berikutnya di Sangatta lalu tahun berikutnya lagi di Bengkulu. Cara ini biasa kami lalukan untuk menghemat ongkos mudik yang biayanya cukup menguras tabungan… he3x. Setelah hampir tiga tahun tidak pulang, rasa rindu akan kampung halaman memang sangat terasa sehingga sebulan sebelum saya pulang, saya sudah menyusun rencana-rencana untuk Farrell dan Feldy dan tentunya untuk diri saya sendiri.
Sepanjang perjalanan, sudah tidak banyak lagi hutan-hutan yang asri yang biasanya mengalirkan air yang jernih melalui batu-batu napal (saya menyebutnya begitu tapi nama sebenarnya saya tidak tahu) tetapi sudah berganti dengan perkebunan kelapa sawit sehingga udara pun tidak terasa menyegarkan lagi.
Sesampainya di kota Manna ada beberapa perubahan yang saya lihat seperti jalan dalam kota yang sudah dua jalur (walaupun saya lihat fungsinya juga tidak optimal), lalu gedung-gedung dalam kota yang tambah tinggi dengan sarang waletnya… (bisa juga untuk investasi loh, untungnya gede banget!), selebihnya... tetap seperti dulu.
Minggu pertama di Manna saya cukup dipusingkan dengan kerewelan Feldy, maklum belum terbiasa dengan perubahan lingkungan jadi maunya gelendotan aja, padahal biasanya dia anak yang cukup mandiri. Sedang si kakak sudah asyik dengan dunianya sendiri bersama om-om dan tante-tantenya yang umurnya tidak jauh berbeda, mengeksplorasi setiap jengkal lahan di rumah kami. Teman-teman jangan heran kalau usia om dan tantenya tidak jauh berbeda karena saya adalah cucu pertama sehingga sepupu-sepupu saya banyak yang masih kecil-kecil.
Ada permainan yang sangat disukai Feldy dan Farrell yaitu naik ondong-ondong, itu loh... sepeda yang diputar oleh pengendara sehingga bisa naik turun. Wah... hampir tiap hari mereka naik, untungnya harganya relatif murah untuk satu lagu hanya membayar seribu rupiah jadi tidak terlalu menguras kantong... :)
Kota Manna secara geografis merupakan daerah yang dekat dengan laut sehingga tidak heran kalau saya begitu lekatnya dengan pantai dan asyiknya, daerah kami memiliki begitu banyak pantai dengan ciri khasnya masing-masing, ada yang berpasir hitam, ada yang berbatu-batu, ada yang berpasir putih, dan ada yang pantainya penuh dengan karang-karang yang indah... mengagumkan..! Kelebihan lainnya, ada beberapa pantai yang memiliki sungai. Kesempatan ini tentu saja tidak saya sia-siakan untuk mengenalkan kepada Farrell dan Feldy lingkungan yang sama sekali jarang dilihatnya.
Teman-teman pasti bisa membayangkan betapa excited-nya Feldy, pertama melihat laut, matanya terbelalak... lalu dia teriak itu sungai, Ma! Sayapun tertawa. Apalagi setelah sampai di bibir pantai, mereka teriak kegirangan saat ombak datang mengenai kaki-kaki mereka. Dan yang pasti setiap pulang selalu dengan pakaian basah dan berlumuran pasir.
Untuk membedakan sungai dengan laut, saya pun mengajak keduanya untuk mandi di sungai yang ada banyak di daerah saya. Karena masih anak-anak dan belum bisa berenang (ini PR saya yang belum saya selesaikan buat Farrell dan Feldy), jadi saya memilih sungai yang dangkal dengan dasarnya berbatu serta tidak berarus deras, sehingga tidak begitu membahayakan. Dengan membawa satu pasukan penuh (sepupu saya semua ikut)... kami berangkat menuju sungai Bengkenang (kurang lebih 15 menit dari rumah), dan sesampainya di sana, riuh rendahlah suara memenuhi sungai Bengkenang. Bahkan anak-anak di daerah itupun ikut meramaikan suasana dengan mengapung menggunakan pohon kayu yang lewat... asyik sekali! Saking senangnya, Farrell dan Feldy tidak mau beranjak walaupun air sungai sudah membuat kulit mereka mengerut kedinginan. Lalu dengan terpaksa saya dan suami membujuk mereka supaya mau berhenti, akhirnya setelah berjanji besok akan ke sungai lagi merekapun mau beranjak.
Sebenarnya masih banyak kisah-kisah seru yang mau saya ceritakan, tetapi pada intinya kita dapat memperkaya pengalaman batin anak-anak kita dengan mengajak mereka menikmati lingkungan yang ada. Tanpa memerlukan biaya yang mahal tentunya. Selamat berlibur...!!
Sepanjang perjalanan, sudah tidak banyak lagi hutan-hutan yang asri yang biasanya mengalirkan air yang jernih melalui batu-batu napal (saya menyebutnya begitu tapi nama sebenarnya saya tidak tahu) tetapi sudah berganti dengan perkebunan kelapa sawit sehingga udara pun tidak terasa menyegarkan lagi.
Sesampainya di kota Manna ada beberapa perubahan yang saya lihat seperti jalan dalam kota yang sudah dua jalur (walaupun saya lihat fungsinya juga tidak optimal), lalu gedung-gedung dalam kota yang tambah tinggi dengan sarang waletnya… (bisa juga untuk investasi loh, untungnya gede banget!), selebihnya... tetap seperti dulu.
Minggu pertama di Manna saya cukup dipusingkan dengan kerewelan Feldy, maklum belum terbiasa dengan perubahan lingkungan jadi maunya gelendotan aja, padahal biasanya dia anak yang cukup mandiri. Sedang si kakak sudah asyik dengan dunianya sendiri bersama om-om dan tante-tantenya yang umurnya tidak jauh berbeda, mengeksplorasi setiap jengkal lahan di rumah kami. Teman-teman jangan heran kalau usia om dan tantenya tidak jauh berbeda karena saya adalah cucu pertama sehingga sepupu-sepupu saya banyak yang masih kecil-kecil.
Ada permainan yang sangat disukai Feldy dan Farrell yaitu naik ondong-ondong, itu loh... sepeda yang diputar oleh pengendara sehingga bisa naik turun. Wah... hampir tiap hari mereka naik, untungnya harganya relatif murah untuk satu lagu hanya membayar seribu rupiah jadi tidak terlalu menguras kantong... :)
Kota Manna secara geografis merupakan daerah yang dekat dengan laut sehingga tidak heran kalau saya begitu lekatnya dengan pantai dan asyiknya, daerah kami memiliki begitu banyak pantai dengan ciri khasnya masing-masing, ada yang berpasir hitam, ada yang berbatu-batu, ada yang berpasir putih, dan ada yang pantainya penuh dengan karang-karang yang indah... mengagumkan..! Kelebihan lainnya, ada beberapa pantai yang memiliki sungai. Kesempatan ini tentu saja tidak saya sia-siakan untuk mengenalkan kepada Farrell dan Feldy lingkungan yang sama sekali jarang dilihatnya.
Teman-teman pasti bisa membayangkan betapa excited-nya Feldy, pertama melihat laut, matanya terbelalak... lalu dia teriak itu sungai, Ma! Sayapun tertawa. Apalagi setelah sampai di bibir pantai, mereka teriak kegirangan saat ombak datang mengenai kaki-kaki mereka. Dan yang pasti setiap pulang selalu dengan pakaian basah dan berlumuran pasir.
Untuk membedakan sungai dengan laut, saya pun mengajak keduanya untuk mandi di sungai yang ada banyak di daerah saya. Karena masih anak-anak dan belum bisa berenang (ini PR saya yang belum saya selesaikan buat Farrell dan Feldy), jadi saya memilih sungai yang dangkal dengan dasarnya berbatu serta tidak berarus deras, sehingga tidak begitu membahayakan. Dengan membawa satu pasukan penuh (sepupu saya semua ikut)... kami berangkat menuju sungai Bengkenang (kurang lebih 15 menit dari rumah), dan sesampainya di sana, riuh rendahlah suara memenuhi sungai Bengkenang. Bahkan anak-anak di daerah itupun ikut meramaikan suasana dengan mengapung menggunakan pohon kayu yang lewat... asyik sekali! Saking senangnya, Farrell dan Feldy tidak mau beranjak walaupun air sungai sudah membuat kulit mereka mengerut kedinginan. Lalu dengan terpaksa saya dan suami membujuk mereka supaya mau berhenti, akhirnya setelah berjanji besok akan ke sungai lagi merekapun mau beranjak.
Sebenarnya masih banyak kisah-kisah seru yang mau saya ceritakan, tetapi pada intinya kita dapat memperkaya pengalaman batin anak-anak kita dengan mengajak mereka menikmati lingkungan yang ada. Tanpa memerlukan biaya yang mahal tentunya. Selamat berlibur...!!
Subscribe to:
Posts (Atom)