November 29, 2008

Farrell mau UUB...

Selasa tanggal 2 Desember nanti, Farrell akan Ulangan Umum Bersama. Perasaan saya jelas cemas, deg-degan....membayangkan bagaimana mana Farrell mengerjakan ulangan dengan soal yang jelas lebih banyak dengan waktu yang sudah ditentukan apalagi yang menjadi pengawas adalah guru yang tidak mengajar di kelasnya. Waktu saya menceritakan perasaan saya kepada suami, dia cuma berkomentar : "Tenang saja, Ma! Yakin aja Farrell akan melaluinya dengan baik, jika memang nanti hasilnya tidak seperti yang diharapkan itu wajar saja, bukankah setiap orang pernah gagal! Seperti papa pernah gagal waktu di UMPTN pertama atau mama, yang mendapat IP jelek di semester pertama.....ingat ngga Ma! canda suami saya.

Sejenak saya tersadar, dan sekilas peristiwa pada 13 tahun silam tergambar jelas dipelupuk mata saya. Saya menangis dan menelpon ayah sambil mengatakan akan keluar dari fakultas MIPA tempat saya kuliah karena merasa gagal melihat IP saya tidak seperti yang saya harapkan (IP saya pertama di bawah 2...jelek bgt ya...!). Tidak pernah saya bayangkan akan mendapat nilai D lebih2 E karena saya sejak SD sampai SMA adalah juara kelas dan selalu meraih peringkat 5 besar di tingkat kabupaten. Bahkan saya diterima di 3 universitas negeri terkenal melalui jalur bibit unggul salah satunya di UGM dan diterima diprogram studi paling favorit di UGM yaitu Ilmu komputer (waktu itu merupakan program studi dengan peminat paling banyak mengalahkan kedokteran). Jadi mendapat nilai kurang dari C merupakan tamparan yang sangat keras pada waktu. Tetapi suara lembut ayah saya menenangkan saya, beliau menyarankan saya untuk tetap bertahan dan mencoba seandainya paling tidak selama 2 tahun jika nanti saya tetap merasa berat barulah mencoba pilihan lain. Entah mengapa, keyakinan ayah saya menular kepada saya bahwa saya pasti bisa dan ini membuka mata saya bahwa saya selama hidup bagai katak didalam tempurung. Saya pun akhirnya bersemangat lagi dan ternyata perjuangan saya selama 5 tahun akhirnya berbuah manis, saya bisa lulus dengan nilai memuaskan saya dan sesuai dengan target saya...

Jadi jika dulu orangtua saya memberikan saya kesempatan untuk berubah, Mengapa saya harus memaksa Farrell untuk selalu sempurna? Bukankah proses untuk berubah menjadi lebih baik adalah lebih utama, karena akan menempa anak kita dalam menghadapi berbagai masalah di hadapannya nanti. Jadi biarlah anak-anak kita merasakan kegagalan tanpa merasa itu adalah sebuah kesalahan....setuju tidak....?

Selamat Ulangan Farrell.....!!! Semoga sukses dan memberikan yang terbaik ....Amin!!

November 25, 2008

Pemenang ke VI Tingkat Nasional Sayembara Menulis oleh Pusat Bahasa Jakarta

Mengembangkan Potensi Murid dalam Berbahasa

Melalui Pengajaran Bahasa Indonesia yang Menarik

Oleh: Endah Wulandari (Guru SD YPPSB 1 Sengata Kutai Timur)

 

Jika murid-murid di sekolah dasar diminta untuk menulis atau bercerita secara singkat minimal tiga paragraf secara lisan ataupun tulisan, dapat dipastikan banyak yang merasa kesulitan bahkan membutuhkan waktu lebih dari 15 menit untuk menyusun atau menulis kalimat dengan baik.  Tetapi lain halnya jika diminta untuk membaca sebuah cerita atau puisi maka dapat dipastikan akan lebih mudah mendapatkan murid yang bersedia untuk melakukannya.  Mengarang atau menulis memang bukanlah kebiasaan sebagian besar murid di sekolah dasar sehingga dapat dimaklumi jika murid-murid merasa kesulitan untuk mengarang walau dalam bahasa sederhana.

Kemampuan berbahasa murid sekolah dasar pada saat ini masih terbatas pada kemampuan membaca dan menulis sesuai dengan ejaan saja. Padahal keterampilan membaca dan menulis di sekolah dasar merupakan landasan yang harus dikembangkan menjadi kemampuan berkomunikasi baik itu secara lisan maupun tulisan.  Membaca tidak hanya sekedar dapat membedakan huruf b dari huruf d dan menulis tidak hanya dapat sekedar merangkai huruf.  Membaca mencakup kemampuan yang semakin lama semakin tinggi untuk memahami dan menghargai berbagai macam karangan dan menulis meliputi kemampuan untuk menuangkan pikiran dan perasaan secara tertulis.

Bahasa Indonesia merupakan bahasa utama dalam keterampilan berbahasa, baik di dalam maupun di luar sekolah. Oleh karena itu keterampilan berbahasa para murid harus diupayakan sebaik-baiknya. Tetapi pada kenyataannya pembelajaran bahasa Indonesia hanya dipandang sebagai mata pelajaran  yang menjadi syarat kelulusan saja dan bukan menjadi kebutuhan mendasar bagi murid-murid sekolah dasar untuk mengembangkan keterampilan berkomunikasi dengan baik.  Mengapa hal demikian dapat terjadi?  Banyak faktor yang mempengaruhi, diantaranya adalah:

1.     Pelajaran hafalan

Sebagian besar materi yang disampaikan berupa teori-teori tentang kebahasaan yang cenderung berupa materi pelajaran hafalan sehingga tidak meningkatkan keterampilan berbahasa murid.  Memang murid perlu mengetahui mengenai fonem, morfem dan sebagainya, akan tetapi ini bukan sebagai tujuan utama pembelajaran bahasa. Yang penting ialah pemahaman tentang fonem dan morfem itu serta penerapannya dalam pemakaian bahasa sehingga murid dapat menggunakan bahasa dengan bentuk yang tepat dan dapat menghindari kesalahan.

2.     Pelajaran bahasa gramatikasentris

Penyajian materi dengan berbagai istilah untuk murid sekolah dasar sangat tidak efektif.  Misalnya dalam dua jam pelajaran seorang murid dijejali dengan istilah tata bahasa seperti kalimat aktif, kalimat pasif, kata kerja, dan lain sebagainya. Lebih baik memberikan banyak latihan untuk melihat apakah murid sudah memahami dan menguasai materi yang diajarkan. Pembelajaran bahasa secara gramatikasentris sangat membosankan, kering, dan tidak menjadikan murid terampil berbahasa.  Itu sebabnya banyak murid-murid  sekolah dasar sekarang belum sanggup untuk menggunakan bahasa yang baik dan benar dalam kehidupannya sehari-hari. Contohnya, menulis surat kepada teman atau mengarang cerita pendek mengenai peristiwa yang terjadi diseputar kehidupan mereka.  Mengapa?  Sebab, mereka belum terlatih kearah itu.

3.     Target ujian akhir

Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang diikutsertakan dalam ujian nasional.  Ini merupakan salah satu beban bagi guru untuk mengejar  target agar semua murid lulus ujian. Padahal dalam ujian semacam ini banyak soal yang bersifat hafalan dan teoritis.  Bentuk soal yang bersifat menguji ingatan dan teoritis ini kurang bermanfaat bagi murid-murid itu kelak.  Bagi murid-murid  yang diperlukan adalah penguasaan bahasa serta keterampilan berbahasa baik secara lisan dan tulisan.

4.     Kurikulum

Kurikulum yang selalu berubah merupakan tantangan bagi guru untuk selalu siap menerjemahkan isi kurikulum tersebut.  Dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran (KTSP), diharapkan soal-soal ujian dibuat tidak hanya sebagai alat untuk mengevaluasi hasil belajar murid, tetapi dibuat dengan mempertimbangkan tujuan utama pengajaran bahasa Indonesia, yaitu keterampilan berbahasa.  Dengan demikian, meskipun soal-soal ujian bersifat pilihan ganda penguasaan murid atas struktur bahasa dapat ditingkatkan sehingga menunjang keterampilan berbahasa murid karena mereka menguasai benar mana kalimat yang baik, kalimat yang benar, dan mana yang tidak. 

 

Melihat berbagai faktor di atas maka diperlukan perubahan dalam metode pembelajaran bahasa Indonesia di kelas untuk menarik perhatian dan minat murid.  Belajar bahasa akan lebih mudah bila murid tidak merasa sedang belajar bahasa itu sendiri.  Salah satu caranya adalah melalui kegiatan mengarang.  Dengan mengarang, murid ditantang untuk dapat menceritakan dan menjelaskan, bahkan memeriksa kebenaran ceritanya sendiri.  Dalam hal ini apabila digabung dengan “seni mendengar aktif” maka mengarang adalah metode efektif untuk membangun keterampilan berbahasa murid.  Untuk mengembangkan kemampuan mengarang murid ada beberapa langkah sederhana yang dapat diterapkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia, yaitu:

1.     Menarik minat baca murid

Kebiasaan membaca sejak dini sangat mempengaruhi kemampuan seorang murid dalam membuat karangan.  Oleh karena itu guru dapat mulai mengajak murid untuk membaca satu cerita pendek setiap minggunya.  Jika ini diterapkan mulai dari kelas 1 sampai kelas 6 secara berkelanjutan, dapat dibayangkan betapa banyak bahan cerita yang mereka peroleh. Kebiasaan ini merupakan cara memperkaya kosa kata dan imajinasi.

 Ibaratnya seperti memasak, mempersiapkan bahan terlebih dahulu adalah langkah pertama sebelum memasak. Jika murid sudah memiliki kosa kata yang cukup maka guru tinggal mengarahkan murid menulis dengan bahasa yang baik dan benar. Hal ini diterapkan oleh Xu Xiaogong, mantan kepala sekolah kota Taipei yang melihat tingkatan mengarang para murid yang semakin menurun, maka ia mengusulkan agar murid dipupuk kebiasaan membaca buku cerita dan ini dapat dimulai dari buku yang mereka gemari.

2.     Membiasakan murid mendengar guru bercerita

Seorang guru tidak harus memiliki kemampuan khusus untuk  menyajikan sebuah cerita dengan menarik, tetapi cukup dengan intonasi suara yang jelas dan pandai berekspresi maka murid pun akan tergiring untuk mendengarkan.  Kebiasaan mendengarkan cerita dapat membangun keterampilan mendengar murid, memperkaya keterampilan berbahasa sesuai dengan keadaan yang diperlukan.  Karena bahasa itu ada usianya, ada bahasa orang tua, bahasa anak, bahasa  remaja, dan bahasa gaul.  Lewat cerita murid menjadi “sadar bahasa”, ia mengerti tata bahasa, tata krama bahasa, dan tata laksana bahasa.  Mendengar cerita terutama untuk murid di bawah kelas 3, sangat perlu untuk mengembangkan daya imajinasinya, sedangkan untuk tingkatan kelas diatasnya, dapat menjadi dasar bagi pengembangan kreativitas berbahasa murid secara sadar dan bertanggung jawab.

3.     Berlatih membuat cerita secara rutin

Mengarang akan mengembangkan kemampuan menulis murid.  Dengan mengarang, murid belajar menuliskan bagan cerita, menuliskan urutan cerita, kemudian mengevaluasi cerita untuk disempurnakan, sehingga murid dapat menerbitkannya dalam bentuk “buku”.  Kerberhasilan membuat cerita akan memunculkan rasa percaya diri dan kebanggaan pada murid, dengan demikian mereka semakin menemukan alasan mengapa harus terus meningkatkan keterampilan berbahasa mereka.

Langkah ini dapat digabungkan dengan langkah pertama di atas.  Setelah membaca sebuah cerita atau buku, murid diminta untuk menceritakan kembali dengan bahasanya sendiri.  Metode ini menantang murid untuk dapat menceritakan, menjelaskan bahkan memeriksa kebenaran ceritanya sendiri.  Dalam hal ini apabila digabung dengan “seni mendengar aktif” (langkah kedua) maka menulis adalah metode efektif untuk membangun keterampilan berbahasa murid.  Jika rutin dilakukan  maka dengan sendiri seorang murid akan terbiasa untuk mencurahkan pikiran, perasaan atau ide kreatif sebagai bentuk komunikasi mereka dengan orang lain melalui tulisan.

 

Ketiga langkah di atas merupakan sebagian kecil saja metode untuk membantu pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah.  Masih banyak cara lain yang dapat digali dan dikembangkan oleh seorang guru untuk terus mengasah kemampuan berbahasa para muridnya.  Kesadaran seorang guru untuk tidak perlu merasa rendah diri dalam mengajar dan membimbing muridnya dalam mengarang cerita walaupun bukan seorang sastrawan adalah hal yang mutlak diperlukan.  Di depan kelas yang diperlukan adalah kualitas sebagai guru bukan sastrawan.  Kualitas seorang guru menumbuhkan sikap yang selalu memberi dorongan kepada murid.  Apalagi jika seorang guru dapat memunculkan kesadaran bahwa mengarang itu sama gampangnya seperti menyanyi atau berolahraga. Murid tidak akan berprasangka terhadap pelajaran bahasa Indonesia sebagai pelajaran yang pelik atau susah. 

Tujuan utama pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah adalah  memberikan kepada murid keterampilan berbahasa yang meliputi keterampilan berbahasa lisan, keterampilan menulis, keterampilan meyimak dan keterampilan membaca. Pembelajaran mengarang dapat menjadi satu langkah awal untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam mengarang, murid bermain-main dengan bahasa sehingga lebih akrab, lebih mengenal seluk beluknya, lebih menyukainya, dan lebih mudah mempelajarinya. Dengan demikian, akan sangat membantu pembelajaran bahasa Indonesia. Dan apabila mengarang sudah menjadi kebiasaan di sekolah, minat membaca bisa diharapkan meningkat karena siapa pun yang biasa menulis membutuhkan bacaan untuk keragaman kosa katanya. Mengarang secara tidak langsung juga dapat meningkatkan keterampilan menyimak dan berbicara.

Membiasakan murid menulis, tanpa bermaksud menjadikan mereka seorang pengarang atau sastrawan merupakan tujuan utama mengarang. Lebih sering murid-murid dibiasakan menulis puisi, cerita, atau bentuk karangan lain, lebih besar kemungkinan mereka kelak tumbuh menjadi warga masyarakat yang tidak kikuk menyatakan pikiran dan gagasan dalam bahasa lisan atau tulisan.  Mari bersama menjadikan pembelajaran bahasa Indonesia menjadi menarik dan menyenangkan bagi murid sekolah.

Catatan : Bagi yang ingin mengambil sebagian atau seluruh karya tulis ini harap meminta ijin penulis dan mencantumkan nama penulis dalam karya tulis yang dibuat. Terima Kasih 

November 17, 2008

Senandung Hati

Melihat dari judulnya, ini memang gambaran perasaan hati saya selama 3 (tiga) minggu menghilang dari dunia maya. Dalam waktu yang begitu singkat, saya memperoleh banyak pengalaman yang membuat kehidupan saya menjadi lebih kaya. Ada kisah sedih dan ada yang membahagiakan. Dan saya ingin berbagi cerita buat semua blogger, mungkin saja dari pengalaman saya teman-teman mendapat pelajaran yang berharga.

Muridku sayang….

Tidak ada yang lebih membahagiakan hati seorang guru selain dari melihat keberhasilan murid-muridnya. Selama saya mengajar lima tahun ini, murid-murid saya pada tahun pembelajaran ini memang terasa lebih memerlukan perhatian saya. Saya mengajar mulai dari kelas 3 sampai kelas 6 sebanyak 23 kelas…lumayan…khan...:). Saya percaya bahwa setiap anak tidak ada yang tidak mampu….Hal itu selalu saya tanamkan pada setiap murid saya. Jika kamu mau kamu pasti bisa…kata-kata ini selalu saya ulang untuk membuat mereka percaya bahwa mereka memiliki kemampuan sama dengan teman yang lain. Setelah saya mengadakan tes kemampuan buat semua murid saya maka terlihatlah ada sekitar 15 murid yang memerlukan tambahan pelajaran dari saya….benar-benar rekor terbanyak. Tapi saya tidak putus asa karena saya beranggapan mungkin cara mengajar saya yang kurang efektif untuk mereka. Lalu saya menjadwal mereka untuk mendapat remedial sehingga saya dan mereka bisa sama-sama lebih fokus mencari kekurangan mereka. Setelah beberapa kali mengadakan remedial, ternyata memang ada 4 murid baru yang belum pernah mendapat pelajaran komputer di sekolah mereka terdahulu ini membuat saya harus mengajar kepada mereka pelajaran mulai dari kelas 3, walaupun mereka sudah duduk di kelas 4, jadi bener-bener dobel perjuangannya…:). Hasilnya ke 14 murid tersebut menunjukkan perkembangan yang cukup pesat….dan tinggal 1 orang yang akhirnya membuat saya meneteskan airmata… :( Mengapa ? Saya merasakan kesedihan yang luar biasa…ternyata murid ini tidak memiliki semangat juang untuk berusaha…dia terlihat sangat malas untuk belajar……….. Bagaimana mungkin saya bisa mengajak dia untuk lebih maju jika dia sendiri tidak memiliki rasa ingin maju……

Akhirnya saya menemui wali kelasnya dan menceritakan permasalahan saya, ternyata anak ini memang bermasalah di semua mata pelajaran. Saya pun hampir kehilangan semangat, beruntung pada saat ulangan terakhir (proyek ke 3), saya bertemu dengan ibunya yang sedang menunggu kepulangan anak tersebut. Langsung saya panggil ibunya dan saya ajak melihat semua tugas yang sudah anaknya kerjakan… Setelah kami berdua berbincang dapat saya ambil kesimpulan bahwa sang anak ini tidak memiliki jadwal yang jelas dalam kesehariannya, dia bebas melakukan apa saja yang dia suka karena sang ibu kurang memberikan perhatian kepada sangat anak…. Padahal ibu ini tidak bekerja loh..! Saya akhirnya memberikan saran kepada ibunya…bahwa anak tidak bisa kita biarkan begitu saja untuk belajar sendiri atau mengatur rencana dalam keseharian mereka, ibu haruslah ikut berperan dalam di sana. Apalagi untuk anak-anak usia sekolah dasar, mereka belum bisa diserahi tanggung jawab begitu saja tetap sang ibu harus ikut menjaga, mengawasi, mengajari dan mendidik mereka. Dan ini juga tidak bisa dibebankan kepada sekolah seluruhnya karena seorang guru apalagi seperti saya harus menangani sekita 600 orang anak tentu saja perhatian saya dengan seorang ibu akan jauh berbeda….. Saya pun membuat contoh jadwal untuk anak tersebut, mulai dari jam istirahat, jam bermain, jam belajar dan lain-lain… Hasilnya…anak ini mulai bisa mengerjakan tes yang saya berikan untuk memperbaiki nilainya….. Jadi ibu….berikanlah sebanyak-banyak perhatian buat anak-anakmu semampumu…karena perhatianmu merupakan dasar perkembangan putra-putrimu…!!! Akhirnya saya tersenyum kembali…:)

Ini belum jalanku….

Di bulan Juli lalu saya mengikuti seleksi masuk di perusahaan tambang tempat suami bekerja, setelah melewati beberapa seleksi sampailah saya pada tahap interview….semua berlangsung dengan lancar dan saya merasa memiliki peluang yang besar untuk di terima…tak tahu mengapa hasil dari seleksi itu sangat lama saya peroleh infonya sehingga saya memutuskan untuk mengikuti seleksi lain untuk posisi yang berbeda…sayapun sampai pada tahap interview dan sekali lagi saya tetap tidak memperoleh info mengenai hasil dari seleksi tersebut…. Akhirnya karena penasaran saya mencoba mencari tahu dan ternyata beritanya begitu mengguncang hati saya….saya berhasil menjadi kandidat pertama untuk diterima tetapi karena saya masih bekerja menjadi guru di sekolah yang yang merupakan kontraktor dari perusahaan tambang tersebut maka saya tidak bisa diterima bila belum resign…. Jadi tidak boleh resign pada saat melamar posisi yang ada di perusahaan tersebut…. Harus sudah berhenti dulu baru boleh mendaftar.....:(

Ini tidak fair !! kata saya pada suami sambil menangis mengapa saya tidak boleh berkembang, mengapa saya tidak bisa merasakan perubahan….? Hampir dua minggu saya terus bertanya…dan tidak tahu mengapa setiap saya membaca buku selalu ada materi tentang sabar dan berserah diri (La tahzan for muslimah) begitu juga saat saya membaca Alquran, entah mengapa kok tepat pada ayat yang mengatakan “Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu’ (Al Baqarah : 45). Ini benar-benar tidak saya sengaja karena saya hanya melanjutkan bacaan mengaji yang sudah saya lakukan setiap hari….Mungkin Allah memberikan petunjuk kepada saya bahwa selama ini saya belum sabar dalam menerima setiap cobaan yang diberikan, saya belum sungguh-sungguh melaksanakan ibadah kepada-Nya. Setelah mencobanya….Alhamdulillah, saya sudah bisa menjalani semua tugas kembali dengan hati yang lebih lapang dan kerelaan yang lebih luas…. Bila ini bukan jalanku pasti ada jalan lain yang Engkau berikan…! Amin…!!!


Berita dari Samarinda

(Juara 6 dalam Lomba Menulis Tingkat Nasional oleh Pusat Bahasa Indonesia Jakarta)

Minggu lalu saya ditelpon oleh Pusat Bahasa Samarinda. Saya memang pernah mengirimkan karya tulis mengenai pengajaran bahasa Indonesia yang menarik buat siswa sekolah dasar. Awalnya sekedar coba-coba….karena saya tahu, lomba ini pastilah lebih berat karena diikuti oleh seluruh guru SD se-Propinsi Kalimantan Timur tidak seperti saat saya menjadi juara menulis safety di PT. KPC. Apalagi saya jelas-jelas bukan mengajar bahasa tetapi mencoba mengikuti lomba yang jauh sekali dari bidang saya…( maklum kata baku dan tidak baku saja saya sering salah…:). Ya…untuk pembelajaran pada diri saya saja itu tujuan utamanya. Tanpa disangka naskah saya masuk 10 besar tingkat Propinsi dan berhak untuk dikirim ke Jakarta untuk mengikuti lomba tingkat Nasional. Senang tentu saja…tapi tidak terlalu berharap banyak…..tingkat Nasional…..hm…..bisa dibayangkan yang ikut pasti sudah memiliki jam terbang mengajar Bahasa Indonesia dan tentu mereka sudah tahu banyak mengenai bagaimana sulitnya mengajar bahasa Indonesia di kelas. Sedangkan naskah saya isinya begitu sederhana dan simple… hanya berdasarkan pengamatan dan logika saya.

Dan ternyata telpon tersebut membuat saya berbahagia, tulisan saya berhasil meraih peringkat ke-6 tingkat Nasional dan meraih juara ke-2 tingkat Propinsi (tulisan ini nanti akan saya publish diblog…). Senang banget…sampai-sampai tangan saya jadi dingin semua… pipi saya jadi menghangat menerima selamat dari teman-teman saya…..

Itulah kisah-kisah yang merwarnai hari-hari saya selama tiga minggu yang lalu, sedih, bahagia datang silih berganti….membuat dunia saya selalu berwarna………