Malam kemarin, saya akhirnya bisa melepaskan kerinduan saya akan makanan khas Surabaya yang sering saya nikmati saat masih tinggal di sana. Hampir 30 tahun yang lalu, saya yang baru pindah dari kota Manna Bengkulu merasakan pengalaman kuliner yang begitu berbeda dengan daerah kelahiran saya.
Walaupun tidak semua orang menyukai masakan khas Jawa Timur yang biasanya sarat dengan bumbu petis tetapi menurut saya petis inilah yang membuat masakan Surabaya menjadi lebih sedap. Berbeda dengan suami saya yang notabene berasal dari Jawa Timur tetapi tidak pernah bisa menikmati makanan dengan aroma petis. Mulai dari Rujak Cingur, Kupang Lontong, Tahu Campur, Lontong Balap dan lain-lain. Jika masih tinggal di salah satu kota di pulau Jawa, saya tidak terlalu sulit untuk menikmati aneka makanan tersebut karena masih bisa dijumpai. Nah, saat saya menikah dan mengikuti suami ke Sangatta Kalimantan Timur maka hidangan ini mulai sulit untuk saya nikmati. Memang ada beberapa tempat makan yang menyediakan makanan tersebut tetapi rasanya ternyata jauh dari yang pernah saya nikmati.
Akhirnya kerinduan saya terjawab sudah setelah 8 tahun dengan adanya sebuah rumah makan sederhana dengan nama Depot Senyum. Entah mengapa pemiliknya menamakan demikian mungkin karena ingin membuat pelanggannya tersenyum setelah menikmati makanan di depot tersebut. Salah satunya yang tersenyum setelah menikmati berbagai menu disana adalah keluarga saya. Favorit saya adalah lontong balap dan tahu campurnya, suami dan anak saya Feldy memilih soto daging khas Jawa Timur, sedangkan Farrell sang kakak memilih nasi campur. Selain makanannya yang enak, minumannya juga sangat menyegarkan seperti es tape ketan hitam. Rasanya manis dan menyegarkan apalagi setelah menikmati tahu campur yang pedas. Harganya sangat terjangkau, berkisar antara 15 ribu - 20 ribu rupiah.
Akhirnya saya tidak perlu ke Surabaya hanya untuk menikmati masakan kesukaan saya dengan bumbu petisnya. Mau coba....silahkan datang ke Sangatta, teman-teman akan saya jamu ke sana.